Jumat, 02 Desember 2011

Softskill BAB 10



Nindya Adriani
3ea11
15209751

PENDAHULUAN

Pengaruh kebudayaan terhadap pembelian dan konsumsi

10.1 Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.


Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Cara pandang terhadap kebudayaan
- Kebudayaan Sebagai Peradaban

Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan “budaya” yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang “budaya” ini merefleksikan adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Mereka menganggap ‘kebudayaan’ sebagai “peradaban” sebagai lawan kata dari “alam”. Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.
Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktivitas yang “elit” seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musik klasik, sementara kata berkebudayaan digunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui, dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat bahwa musik klasik adalah musik yang “berkelas”, elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah “berkebudayaan”.

Orang yang menggunakan kata “kebudayaan” dengan cara ini tidak percaya ada kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang “berkebudayaan” disebut sebagai orang yang “tidak berkebudayaan”; bukan sebagai orang “dari kebudayaan yang lain.” Orang yang “tidak berkebudayaan” dikatakan lebih “alam,” dan para pengamat seringkali mempertahankan elemen dari kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran “manusia alami” (human nature)

Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu -berkebudayaan dan tidak berkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai perkembangan yang merusak dan “tidak alami” yang mengaburkan dan menyimpangkan sifat dasar manusia. Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh masyarakat kelas pekerja) dianggap mengekspresikan “jalan hidup yang alami” (natural way of life), dan musik klasik sebagai suatu kemunduran dan kemerosotan.
Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan dengan alam dan konsep monadik yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap “tidak elit” dan “kebudayaan elit” adalah sama – masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan. Pengamat sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular culture) atau pop kultur, yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.
-          Kebudayaan sebagai “sudut pandang umum”
Selama Era Romantis, para cendekiawan di Jerman, khususnya mereka yang peduli terhadap gerakan nasionalisme – seperti misalnya perjuangan nasionalis untuk menyatukan Jerman, dan perjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran Austria-Hongaria – mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam “sudut pandang umum”. Pemikiran ini menganggap suatu budaya dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masih mengakui adanya pemisahan antara “berkebudayaan” dengan “tidak berkebudayaan” atau kebudayaan “primitif.”
Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah memakai kata kebudayaan dengan definisi yang lebih luas. Bertolak dari teori evolusi, mereka mengasumsikan bahwa setiap manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.
Pada tahun 50-an, subkebudayaan – kelompok dengan perilaku yang sedikit berbeda dari kebudayaan induknya – mulai dijadikan subyek penelitian oleh para ahli sosiologi. Pada abad ini pula, terjadi popularisasi ide kebudayaan perusahaan – perbedaan dan bakat dalam konteks pekerja organisasi atau tempat bekerja.
-          Kebudayaan sebagai Mekanisme Stabilisasi

Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah sebuah produk dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran bersama dalam suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan tribalisme.


10.2 Dimanakah seseorag meneukan nilai-nilai yang dianut
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai

10.3 Pengaruh kebudayaan terhadap perilaku konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa. Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.

10.4 Struktur konsumsi
Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.

10.5 Dampak nilai-nilai inti terhadap pemasar
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan keinginannya dengan makanan sukayaki dll.

10.6 Perubahan nilai
Setiap orang tentu mengalami perubahan nilai sekalipun hal ini belum tentu mudah disadari atau mudah terlihat. Perubahan nilai akan lebih tampak pada perbedaan nilai antara generasi tua dan generasi muda. Sebagai contoh, pada zaman dahulu laki-laki yang harus berinsiatif menyatakan cinta. Seorang perempuan akan dinilai perempuan murahan bila ia yang dahulu menyatakan cinta. Namun sekarang laki-laki dan perempuan dinilai mempunyai hak yang sama untuk menyatakan cinta lebih dahulu. Perubahan nilai seperti ini terus berlangsung dalam masyarakat kita.
Dampaknya ada yang negatif dan ada yang positif.
Dampak negatifnya, misalnya, perubahan nilai dapat mendatangkan keretakan hubungan antara generasi tua dan generasi muda. Banyak orang tua menjadi frustasi menghadapi kehidupan anak-anaknya yang jauh berbeda dari keadaannya ketika mereka muda. Dan anak-anak pun tidak jarang menyebut mereka kuno, tidak mau mengerti perubahan zaman, dan tidak mau mengerti anak-anak.

Namun ada juga perubahan nilai yang berdampak positif. Terhadap perubahan yang berdampak positif, tentu kita harapkan untuk bisa menyesuaikan diri, sekalipun untuk itu dibutuhkan pengorbanan. Memang perubahan apa pun menuntut kesediaan orang untuk melakukan penyesuaian diri. Untuk itu ada orang yang bisa beradaptasi dengan mudah, namun ada juga orang yang mengalami kesulitan karena harus keluar dari ruang kenyamananya.

PEMBAHASAN
Budaya itu dapat dipelajari sejak seseorang masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.

PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Kebudayaan itu dipelajari sejak dari kecil dan kebudayaan itu sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain. Sebaiknya kita melestarikan kebudayaan yang telah ada itu, agar budaya tersebut dapat bertahan dari waktu ke waktu.
  
source
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/01/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian-dan-konsumsi/

Minggu, 06 November 2011

Metode Riset Bab IV dan V


Bab IV
Hasil dan Pembahasan

*Deskripsi

Dalam melakukan penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 400 pelanggan yang memenuhi kriteria dengan perbandingan berdasarkan kelas pelanggan kereta api yang tersedia, yaitu eksekutif. Bisnis, dan ekonomi. Dengan melihat jumlah penumpang dari yang terkecil hingga yang terbesar maka perbandinganya secara berturut-turut untuk kelas kereta api eksekutif : bisnis : ekonomi adalah sebesar 1 : 2 :  3. Jadi responden kelas eksekutif sejumlah 66 responden, responden kelas bisnis sejumlah 134 responden, dan responden kelas ekonomi 200 responden. 

*Hasil perhitungan

-          Kepuasan = 0,79 SERVQUAL +0,27 Perceive Value, menunjukan bahwa kualitas layanan berhubungan positif ( 0,79 dengan nilai t = 9,34 ) dan sangat signifikan, dan presepsi tentang nilai ( 0,27 dengan nilai t=4,13). Jadi apabila servqual dan Perceive Value meningkatpositif, maka akan berdampak peningkatan kepuasan.

-          Kepercayaan =0,97 kepuasan, memberikan makna bahwa, terdapat hubungan pengaruh positif (0,97 dengan t = 9,84) yang sangat signifikan. Artinya makin puas antara kepuasan terhadap kepercayaan.
-          Loyalitas = 0,01 kepercayaan + 0,60 kepuasan, memberikan makna bahwa kepercayaan memberikan pengaruh positif terhadap loyalitas


*Analisis

Hasil penelitian  membuktikan bahwa terdapat pengaruh langsung positif secara signifikan antara servqual terhadap kepuasan, dan hasil penelitian juga menunjukan pengaruh langsung positif secara signifikan antara perceived value terhadap kepuasan



Bab V 

Kesimpulan

*Intisari analisis

Darsono (2008), menggunakan trust faction sebagai mediator, yang meneliti mengenai hubungan antara kualitas pelayanan terhadap kepercayaan dan kepuasan ditemukan bahwa antara kualitas pelayanan terhadap kepercayaan memiliki pengaruh yang lebih signifikan daripada antara kualitas layanan terhadap kepuasan.

*Saran dan rekomendasi

Sebaiknya dalam meningkatkan pelayanan terhadap para konsumen/ pelanggan PT KAI, harus memperhatikan aspek-aspek seperti kebersihan, kenyamanan, serta kualitas dari pelayanan tersebut, agar pelanggan tetap bersedia menjadi pelanggan tetap dari PT. KAI.

*Kekurangan/kelemahan

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa product development stratery akan mencapai ekuilibrium antara transportasi, permintaan dan penawaran. Fasilitas transportasi seharusnya dapat memenuhi perkembangaan kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Selain itu ditemukan bahwa SCR lebih berorientasi pada produk dibandingkan kepada pelanggan. Ditemukan juga bahwa terdapat ketidakcocokan antara penyampaian jasa dengan janji yang diberikan perusahaan melalui promosi-promosi sebagai salah satu akibat ketidak puasan pelanggan/konsumen.

*Usulan/Rekomendasi riset selanjutnya

Usulan / rekomendasi untuk penelitian berikutnya agar mengkaji mengenai fasilitas transportasi yang seharusnya dapat memenuhi perkembangan kebutuhan pasar yang semakin meningkat ini.

 Nama : Nindya Adriani
NPM : 15209751
Kelas : 3EA11
 Tugas ini diberikan kepada : Pak Prihantoro

Sabtu, 05 November 2011

softskill perilaku konsumen 2


BAB 4
PENDAHULUAN

Evaluasi alternatif  sebelum pembelian

4.1 Kriteria Evaluasi
            Di dalam menilai suatu produk yang konsumen inginkan, konsumen memiliki beberapa kriterianya masing masing, diantaranya : manfaat, harga, kualitas, serta pelayanannya. Dalam hal ini konsumen akan memilih dari kriteria di atas dan menentukan mana produk yang memenuhi kriteria dan tidak, sebelum dilakukan pembelian.

4.2 Penentuan alternative pilihan
            Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen harus melakukan pemecahan masalah dalam kebutuhan yang dirasakan dan keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dengan konsumsi produk atau jasa yang sesuai. Tiga (3) tingkatan dalam pemecahan ini;


-          Pemecahan masalah yang mensyaratkan respons yang rutin.
Keputusan yang diambil tidak disertai dengan usaha yang cukup untuk mencari informasi dan menentukan alternatif. Kebiasaan berjalan secara otomatis, prilaku seseorang merupakan respon terhadap rutinitas karena dilakukan berulang-ulang seringkali tanpa disadari.

-          Pemecahan masalah dengan proses yang tidak berbelit-belit (terbatas).  Pemecahan masalah ini menyebabkan seseorang tidak peduli dengan ada tidaknya informasi dengan menggunakan criteria yang kurang lebih sudah terbentuk, untuk mengevaluasi kategori produk dan mereknya. Tidak mengevaluasi setiap atribut dan fitur produk dalam memilih mana yang sesuai dengan kebutuhannya

-          Pemecahan masalah yang dilakukan dengan upaya yang lebih berhati-hati dan penuh pertimbangan.
Di tingkat ini konsumen memerlukan informasi yang relative lengkap untuk membentuk criteria evaluasi dari kriteria yang baku .

4.3 Menaksir alternatif  pilihan

Dalam menaksir suatu alternatif dari pilihan yang ada maka konsumen harus memikirkan resiko yang akan diterima apabila konsumen memilih alternatif tersebut, dan meninggalkan alternatif  lain yang ada.

4.4 Menyeleksi aturan pengambilan keputusan

Dalam menyeleksi aturan pengambilan keputusan terdapat suatu hal yang perlu diperhatikan, yang paling utama adalah yang paling penting dalam memenuhi berbagai kriteria yang dapat dicapai oleh produk tersebut agar dapat memuaskan konsumen.



PEMBAHASAN

          Pembelian berjalan melalui dua fase, yaitu konsumen memutuskan apakah membeli atau tidak. Mungkin ia harus melalui tiga fase sebelum membuat keputusan membeli atau tidak produk tertentu sesuai rencananya. Tetapi konsumen terkadang membeli sesuatu yang berbeda dari apa yang telah diniatkan sbelumnya. Konsumen mungkin telah memilih satu took, tapi bisa berubah karena promosi penjualan dari pesaing atau karena sales promotion girl dari toko pesaing yang membuatnya tergoda untuk pergi ke toko pesaing. Oleh karena itu, manajer yang baik harus dapat mengatur semua atribut dan image yang dapat mempengaruhi konsumen.

PENUTUP

Kesimpulan dan saran 

Perlu adanya evaluasi sebelum melakukan pembelian agar dapat diketahui, tujuan dari dilakukan pembelian tersebut, apakan suatu produk yang dibeli oleh kita bermanfaat atau tidak dan supaya diketahui nilai manfaat dari barang tersebut.


BAB 5

PENDAHULUAN

Pembelian

5.1 Proses keputusan membeli

            Keputusan adalah suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Bila seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membeli dan tidak membeli tapi memilih membeli, maka dia ada dalam posisi membuat keputusan. Semua orang mengambil keputusan setiap hari dalam hidupnya tanpa disadari. Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen harus melakukan pemecahan masalah dalam kebutuhan yang dirasakan dan keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dengan konsumsi produk atau jasa yang sesuai.
Proses pengambilan keputusan ada 5, yaitu :

-          Pengenalan Kebutuhan
-          Pencarian Informasi
-          Evaluasi Alternatif
-          Keputusan Membeli
-          Tingkah Laku Pasca Pembelian

            Apabila setelah konsumen menerima pengaruh dalam kehidupannya maka mereka sampai pada keputusan membeli atau menolak produk. Pemasar dianggap berhasil kalau pengaruh-pengaruh yang diberikannya menghasilkan pembelian dan atau dikonsumsi oleh konsumen. Keputusan konsumen, tingkatan-tingkatan dalam pengambilan keputusan, serta pengambilan keputusan dari sudut pandang yang berbeda bukan hanya untuk menyangkut keputusan untuk membeli, melainkan untuk disimpan dan dimiliki oleh konsumen.

5.2 Memilih alternatif terbaik

Di dalam membuat keputus sebaiknya seseorang memikirkan alternatif yang terbaik, dari pilihan-pilihan yang ada.

Aspek-aspek pemilihan keputusan:

1. Produk yang murah - Produk yang lebih mahal
2.Pembelian yang sering - Pembelian yan jarang
3.Keterlibatan rendah - Keterlibatan tinggi
4.Kelas produk dan merek kurang terkenal- Kelas produk dan merek terkenal
5.Pembelian dengan pertimbangan dan - Pembelian dengan pertimbangan
6.pencarian yang kurang matang. dan pencarian intensif


5.3 Memilih sumber-sumber pembelian

Tahap yang merangsang konsumen untuk mencari informasi lebih banyak, konsumen
mungkin hanya meningkatkan perhatian atau mungkin aktif mencari informasi dari sumber-sumber atau beberapa alternatif.

·         Sumber pribadi            : keluarga, teman, tetangga, kenalan
·         Sumber komersial        : Iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pajangan
·         Sumber publik             : media massa, organisasi penilai konsumen
·         Sumber pengalaman    : penanganan, pemeriksaan dan menggunakan produk

PEMBAHASAN

Berikut ini merupakan contoh kasus dari pembelian secara online :

Untuk mengatasi penipuan di tokobagus contoh kasus penipuan di tokobagus - Penipuan di tokobagus ini membuat kita semua merasa kawatir untuk berbelanja secara online, sekarang toko bagus telah mengiklan situs mereka di tv, saya berharap tidak membuat para penipu berbondong-bondong datang kesitus toko bagus ini, nama toko bagus jadi jelek jika banyak kasus penipuan yang terjadi di sini.


Contoh kasus 1 :

Kasus ini di ambil dari postingan F David Talalo, di Forum fotografer.net
Baru baru ini saya tergiur dengan iklan penawaran kamera digital SLR di situs tokobagus.com disitu ditawarkan oleh seorang pengiklan bernama charles zhang yg berdomisili di medan, kamera Nikon D200 body only hanya seharga 2,8jt.

Bodohnya, saya terlanjur mentransfer uang sejumlah 2,8jt ke rekening milik bpk.Syukran. baru kemudian setelah itu konfirmasi dari pihak mall di medan menyatakan bahwa toko itu sudah tutup. barang tidak sampai, nota pembelian pun tidak difax.


PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

            Sebaiknya sebelum melakukan pembelian dipikirkan secara matang dahulu, lalu cari informasi tentang si penjual, apalagi kalau melakukan pembelian secara online sebaiknya lebih berhati-hati lagi, karena sekarang-sekarang ini banyak motif penipuan yan dilakukan secara pembelian online.


BAB 6
PENDAHULUAN

Sumber daya konsumen dan penjualan

6.1 Sumber daya ekonomi

            Sumber daya ekonomi adalah sumber daya alam yang bisa habis dalam jangka pendek jika digunakan dan dicemari secara cepat, namun demikian lambat laun akan dapat diganti melalui proses alamiah misalnya ; pohon-pohon di hutan, rumput di padang rumput, deposit air tanah, udara segar dan lain-lain Sumberdaya alam ini keberadaannya harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam kerangka untuk mendorong, mempercepat dan menunjang proses pembangunan wilayah. Namun demikian penting untuk diperhatikan aspek ketersediaan termasuk daya dukungnya terhadap mobilitas pembangunan daerah, karena apabila sumberdaya alam dengan 3 kategori ini dimanfaatkan dengan tidak bijaksana dan arif maka sudah barang tentu stagnasi dan kemunduran dinamika pembangunan ekonomi wilayah akan semakin cepat menjelma atau merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan.

            Disamping komponen sumberdaya alam, pada saat ini peranan sumberdaya manusia (human resources) dalam konteks kegiatan pembangunan ekonomi termasuk pembangunan ekonomi daerah semakin signifikan. Faktor sumberdaya manusia ini telah menghadirkan suatu proses pemikiran baru dalam telaah teori-teori pembangunan ekonomi, yang menempatkan sumberdaya manusia sebagai poros utama pembangunan ekonomi baik dalam skala global, nasional maupun daerah. Strategi pembangunan ekonomi yang berbasis pada pengembangan sumberdaya manusia dianggap sangat relevan dan cocok dengan kondisi dan karakter pembangunan ekonomi terutama di negara-negara berkembang.

6.2 Sumber daya sementara

            Sumber daya sementara adalah suatu sumber daya yang bersifat sementara saja. Waktu menjadi variabel yang semakin penting dalam memahami perilaku konsumen, karena konsumen mayoritas semakin mengalami kemiskinan akan waktu. Namun demikian ada suatu bagian waktu yang dihabiskan untuk kegiatan yang sangat pribadi yaitu waktu senggang. 

6.3 Sumber daya kognitif

            Sumber daya kognitif adalah kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. 

6.4 Tanggungan pengetahuan

Pengetahuan produk meliputi :
- Kesadaran mengenai katagori dan merek produk.
- Terminologi produk
-  Atribut atau ciri produk
     - Kepercayaan tentang katagori produk secara umum dan mengenai merek spesifik.

6.5 Organisasi pengetahuan 

            Sistem pengetahuan organisasi Digunakan untuk Mengatur bahan-bahan untuk tujuan pengambilan dan untuk mengelola koleksi. Sebuah KOS berfungsi sebagai jembatan antara kebutuhan informasi pengguna dan materi dalam koleksi. Sebuah berfungsi KOS Sebagai jembatan antara kebutuhan pengguna informasi dan materi dalam koleksi. Dengan itu, pengguna harus dapat mengidentifikasi objek menarik tanpa pengetahuan sebelumnya keberadaannya. Dengan itu, pengguna harus dapat mengidentifikasi objek menarik tanpa pengetahuan sebelumnya keberadaannya. Baik melalui browsing atau mencari langsung, baik melalui tema pada halaman Web atau situs mesin pencari, para KOS membimbing pengguna melalui proses penemuan. Baik melalui mencari atau browsing langsung, baik melalui tema pada halaman Web atau situs mesin pencari, para KOS membimbing pengguna melalui proses penemuan. Selain itu, Koss mengijinkan penyelenggara untuk menjawab pertanyaan mengenai cakupan pengumpulan dan apa yang dibutuhkan untuk melengkapi itu.

            Semua perpustakaan digital menggunakan satu atau lebih KOS. Semua perpustakaan digital Menggunakan satu atau lebih KOS. Sama seperti di perpustakaan fisik, para KOS dalam perpustakaan digital memberikan gambaran umum isi koleksi dan mendukung pengambilan. Sama seperti di perpustakaan fisik, ayat dalam perpustakaan digital KOS Memberikan gambaran umum isi koleksi dan mendukung pengambilan. Mungkin skema KOS tradisional yang relevan dengan ruang lingkup materi dan audiens yang diharapkan untuk perpustakaan digital (seperti Sistem Desimal Dewey atau INSPEC Thesaurus), sebuah skema yang dikembangkan secara komersial seperti Yahoo atau Excite kategori, atau lokal mengembangkan skema untuk intranet perusahaan. Mungkin skema KOS tradisional yang relevan dengan materi dan Ruang Lingkup audiens yang diharapkan untuk perpustakaan digital (seperti Sistem Desimal Dewey atau INSPEC Thesaurus), sebuah skema yang dikembangkan secara komersial seperti Yahoo atau Excite kategori, atau mengembangkan skema lokal untuk intranet perusahaan.

PEMBAHASAN

                Review dari beberapa sistem organisasi pengetahuan khas menunjukkan ruang lingkup dan penerapan mereka ke berbagai pengaturan perpustakaan digital. Walaupun ada definisi khusus untuk banyak Koss ini di ilmu komputer dan informasi ilmu sastra, dan bahkan dalam dokumen standar, ada perdebatan mengenai definisi ini. A review dari pengetahuan organisasi Beberapa sistem khas menunjukkan Ruang Lingkup dan Penerapan mereka ke berbagai Pengaturan perpustakaan digital. Walaupun ada definisi khusus untuk banyak Koss ini di ilmu komputer dan informasi ilmu sastra, dan Bahkan dalam dokumen standar, ada Perdebatan mengenai definisi ini. Istilah yang sering digunakan, terutama dalam pers populer dan dalam perdagangan buku, dalam cara yang tidak standar. Istilah yang sering Digunakan, terutama dalam pers populer dan dalam perdagangan buku, dalam cara yang tidak standar. 

            Mencerminkan lingkup praktik ini, baru-baru ini Organisasi Standar Informasi Nasional (NISO) lokakarya di tesaurus elektronik menekankan perlunya untuk meningkatkan definisi dari “terminologi yang berhubungan dengan terminologi” (NISO 1999). Lingkup mencerminkan praktik ini, baru-baru ini Organisasi Informasi Standar Nasional (NISO) Lokakarya di tesaurus elektronik Perlunya untuk Meningkatkan menekankan definisi dari “Terminologi yang berhubungan dengan Terminologi” (NISO 1999).

PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Sebaiknya Sumber Daya - sumber daya yang ada di bumi ini terutama di Indonesia dilestarikan dengan baik, supaya generasi-generasi yang selanjutnya dapat menikmati Sumber daya tersebut dengan baik juga, dan supaya bumi ini juga dapat bertahan lama. Baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya.

source :




 Nama : Nindya Adriani
NPM : 15209751
Kelas : 3EA11








Sabtu, 29 Oktober 2011

Analisis Jurnal Metode Riset Bab III



Kepuasan pelanggan terhadap jasa pelayanan PT Kereta Api Indonesia ( KAI)


Metodologi penelitian


3.1 Data


Hasil dari uji reliabitas dan validitas menunjukan bahwa masing-masing indicator yang digunakan untuk mengukur variable penelitian telah memenuhi validitas dan reliabilitas.



Hasil analisis uji validitas dan realibitas indikator kualitas pelayanan dapat dilihat pada Tabel. 5

























 Perilaku responden tercermin dari alasan memilih menggunakan transportasi kereta api dapat ditelusuri pada table 4 :



















3.2 eksplorasi data


            Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yang bertujuan menganalisa kualitas kinerja PT KAI dengan mengukur kepuasan pelanggan, serta melihat pengaruh dan hubunganya terhadap kecercayaan dan loyalitas pelanggan. Populasi adalah seluruh pelanggan kereta api yang pernah menggunakan jasa layanan PT KAI. 


Sampel dalam penelitian ini adalah orang yang berusia antara 15 – 60 tahun yang dalam 3 bulan terakhir ini minimal telah 1 kali memanfaatkan jasa layanan kereta api. Sedangkan yang menjadi responden adalah sampel yang terpilih saat peneliti berada di stasiun.


            Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 400 pelanggan yang memenuhi kriteria dengan perbandingan berdasarkan kelas pelanggan kereta api yang tersedia, yaitu eksekutif. Bisnis, dan ekonomi. Dengan melihat jumlah penumpang dari yang terkecil hingga yang terbesar maka perbandinganya secara berturut-turut untuk kelas kereta api eksekutif : bisnis : ekonomi adalah sebesar 1 : 2 :  3. Jadi responden kelas eksekutif sejumlah 66 responden, responden kelas bisnis sejumlah 134 responden, dan responden kelas ekonomi 200 responden. 


                Metode pengambilan sample dilakukan dalam bentuk non-probability sampling, dimana tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan menjadi responden.



nama : Nindya Adriani
npm   : 15209751
kelas  : 3EA11

source : jurnal Manajemen Pemasaran vol. 4 no.1 April 2009 23-37

 Tugas ini dberikan kepada Pak Prihantoro